Tragedi tanah longsor melanda wilayah barat daya China pada Minggu, 4 Agustus 2024, mengakibatkan sedikitnya empat orang tewas dan 23 orang dilaporkan hilang. Bencana ini terjadi di Kabupaten Shuicheng, Provinsi Guizhou, yang dikenal dengan medannya yang berbukit dan rawan longsor.
Kronologi Kejadian
Tanah longsor tersebut terjadi setelah hujan lebat mengguyur daerah tersebut selama beberapa hari, yang menyebabkan tanah menjadi jenuh dan tidak stabil. Akibatnya, material tanah dan batuan dari lereng bukit terlepas dan mengubur sejumlah rumah serta infrastruktur di desa yang berada di kaki bukit.
Tim penyelamat segera dikerahkan ke lokasi kejadian untuk mencari korban yang terjebak di bawah reruntuhan. Namun, kondisi cuaca buruk dan medan yang sulit memperlambat upaya penyelamatan. Menurut laporan dari otoritas setempat, selain empat orang yang sudah ditemukan dalam keadaan tewas, ada 23 orang lainnya yang masih dinyatakan hilang dan dikhawatirkan terjebak di bawah tanah longsor.
Upaya Penyelamatan
Otoritas lokal, bersama dengan tim SAR dan militer China, telah melakukan upaya penyelamatan intensif. Mereka menggunakan peralatan berat untuk mengangkat material longsor, serta anjing pelacak untuk mendeteksi keberadaan korban yang masih hidup. Namun, medan yang berat dan risiko longsor susulan membuat operasi penyelamatan menjadi sangat berbahaya.
Pemerintah daerah juga telah mengevakuasi warga dari daerah sekitar yang dianggap rawan longsor, sementara tim medis dan relawan menyediakan bantuan darurat bagi mereka yang terluka dan kehilangan tempat tinggal.
Tanggapan Pemerintah
Pemerintah China menyatakan duka cita mendalam atas jatuhnya korban jiwa akibat bencana ini. Presiden Xi Jinping memerintahkan semua otoritas terkait untuk melakukan segala upaya yang diperlukan untuk menemukan korban yang hilang dan memberikan dukungan penuh kepada para penyintas.
Selain itu, Kementerian Sumber Daya Alam China telah mengirimkan tim ahli ke lokasi kejadian untuk menilai risiko tanah longsor lebih lanjut dan memberikan rekomendasi untuk mencegah bencana serupa di masa depan.
Faktor Penyebab
Wilayah barat daya China, termasuk Provinsi Guizhou, memang dikenal rentan terhadap tanah longsor, terutama selama musim hujan. Topografi yang berbukit, ditambah dengan curah hujan yang tinggi, sering kali menyebabkan tanah longsor yang mematikan. Dalam beberapa tahun terakhir, urbanisasi dan pembangunan infrastruktur yang cepat juga diduga berkontribusi terhadap meningkatnya risiko bencana di daerah ini.
Para ahli mengingatkan bahwa perubahan iklim global juga dapat memperburuk frekuensi dan intensitas bencana alam seperti tanah longsor di masa depan. Kondisi cuaca ekstrem, termasuk hujan lebat yang lebih sering terjadi, telah meningkatkan kerentanan terhadap bencana di banyak wilayah di China.
Tindakan Pencegahan
Sebagai langkah pencegahan, pemerintah China telah berupaya untuk meningkatkan sistem peringatan dini dan melakukan pengawasan lebih ketat terhadap daerah-daerah yang rawan longsor. Namun, bencana ini menunjukkan bahwa tantangan besar masih ada dalam hal mitigasi risiko dan perlindungan terhadap masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.
Kesimpulan
Tanah longsor di Provinsi Guizhou, China, yang menyebabkan setidaknya empat orang tewas dan 23 orang hilang, mengingatkan kembali akan bahaya yang dihadapi oleh komunitas yang tinggal di daerah rawan bencana. Upaya penyelamatan masih terus dilakukan di tengah kondisi yang sulit, dengan harapan dapat menemukan korban yang masih hidup. Bencana ini juga menyoroti pentingnya tindakan pencegahan dan kesiapsiagaan yang lebih baik dalam menghadapi ancaman alam yang semakin sering terjadi di era perubahan iklim ini.